Makna Dari Puasa
Sumber : Google |
Ketua PAC GP. Ansor Pragaan
Dalam kaidah bahasa Arab Istilah puasa disebut “as-Shiyaam” atau “as-Shaum” yang berarti “menahan”. Sedangkan menurut istilah ulama' fiqih sebagaimana yang dikemukakan oleh Syeikh Al-Imam Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Qasim Asy-Syafi’i dalam kitabnya “Fathul Qarib” bahwa berpuasa adalah menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa dengan niat tertentu pada seluruh atau tiap-tiap hari yang dapat dibuat berpuasa oleh orang-orang Islam yang sehat, dan suci dari haid dan nifas.
Allah berfirman :
ياايهاالذين امنوا كتب عليكم الصيام كما كتب على الذين من قبلكم لعلكم تتقون.
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepada kamu berpuasa seperti juga yang telah diwajibkan kepada umat sebelum kamu agar kamu menjadi orang yang bertakwa”. (QS Al-Baqarah, 183).
Ayat tersebut merupakan landasan syariah bagi puasa Ramadan. Ayat tersebut berisikan tentang seruan Allah SWT kepada orang-orang beriman untuk berpuasa.
Tentunya setelah kita mengetahui pengertian dan hukum puasa ramadhan maka kita juga harus tahu mengenai Tingkatan tingkatan Orang Berpuasa.
Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin (Juz 1. Hal 235) menerangkan bahwasanya tingkatan dalam berpuasa itu ada tiga
- (Shaumul Umum) Puasanya orang umum/awam.
- (Shaumul Khusus) Puasanya orang khusus.
- (Shaumul Khususil Khusus) puasanya orang yang sangat khusus.
Ketiganya bagaikan tingkatan tangga yang manarik orang berpuasa agar bisa mencapai tingkatan yang khususil khusus.
Pertama , Puasa orang awam
Puasa level pertama disebut sebagai shaumul umum atau puasanya orang awam. Level puasa ini adalah yang biasa dilakukan oleh kebanyakan orang atau sudah menjadi kebiasaan umum. Biasa-biasa saja, atau mungkin kalau di-scoring nilanya baru good, belum very good apalagi excellent.
Praktik puasa yang dilakukan di level ini sebatas menahan haus dan lapar serta hal-hal lain yang membatalkan puasa secara syariat, sekedar melaksanakan kewajiban
Kedua , Puasanya orang khusus puasa level
Kedua disebut sebagai shaumul khushus atau puasanya orang-orang spesial. Level nilainya very good. Mereka berpuasa lebih dari sekadar untuk menahan haus, lapar dan hal-hal yang membatalkan.
Tapi mereka juga berpuasa untuk menahan pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki dan segala anggota badannya dari perbuatan dosa dan maksiat. Mulutnya bukan saja menahan diri dari mengunyah, tapi juga menahan diri dari menggunjing, bergosip, apalagi memfitnah.
Kalau zaman sekarang, mungkin termasuk juga menahan jari-jarinya agar tidak menyebarkan berita-berita bohong atau hoax.
Ketiga , Puasa Orang Super-Khusus
Ini level yang paling tinggi menurut klasifikasi Imam Al-Ghazali, disebut shaumul khushusil khushus. Inilah praktik puasanya orang-orang istimewa, excellent.
Mereka tidak saja menahan diri dari maksiat, tapi juga menahan hatinya dari keraguan akan hal-hal keakhiratan. Menahan pikirannya dari masalah duniawi, serta menjaga diri dari berpikir kepada selain Allah.
Standar batalnya puasa bagi mereka sangat tinggi, yaitu apabila terbersit di dalam hati dan pikirannya tentang selain Allah, seperti cenderung memikirkan harta dan kekayaan dunia.
Bahkan, menurut kelompok ketiga ini puasa dapat terkurangi nilainya dan bahkan dianggap batal apabila di dalam hati tersirat keraguan, meski sedikit saja, atas kekuasaan Allah.
Puasa kategori level ketiga ini adalah puasanya para nabi, shiddiqin dan muqarrabin, sementara di level kedua adalah puasanya orang-orang shalih.
Lantas, sudah berada dimana tingkatan puasa kita selama ini ?
Upaya Imam Al-Ghazali mengklasifikasi orang berpuasa ke dalam tiga level tersebut, tak lain tujuannya adalah agar kita yang setiap tahun berpuasa Ramadhan bisa menapaki tangga yang lebih tinggi dalam kualitas ibadah puasanya. Wallahu ‘Alam Bishowaab
Editor : Fha.
Posting Komentar untuk "Makna Dari Puasa"
Terima Kasih